Sepatu Kaca Istimewa
Sepasang sepatu bulu di pojok etalase, hanya bisa menggeleng-geleng melihat kelakuan Sepatu Kaca. Ia paham apa yang dirasakan Sepatu Kaca, tapi ia tidak bisa berbuat banyak kecuali menghiburnya.
“Cobalah untuk duduk tenang dan tersenyum, Sepatu Kaca. Siapa tahu hari ini ada Peri yang tertarik memilihmu.”
Sepatu Kaca melirik Sepatu Bulu, “Apa kau yakin?”
Sepatu Bulu tersenyum, “Mungkin saja,” jawabnya.
Sepatu Kaca mendengus. Ia melangkah mendekati Sepatu Bulu dan duduk di sampingnya.
“Ratu Peri tidak adil padaku,” gumam Sepatu Kaca lirih.
Sepatu Bulu mengerenyitkan kening.
“Maksudmu?”
“Gara-gara aku terbuat dari kaca, tak seorang Peri pun yang mau memakaiku. Mereka lebih suka memakai sepatu kulit yang tahan lama, atau sepatu bulu yang bisa menghangatkan kaki mereka. Mereka tidak mau memilihku dengan alasan mudah pecah. Ini sungguh tidak adil!” Sepatu Kaca mulai menangis.
Sepatu Bulu terdiam.
“Kalau begitu, mengapa kau tidak menolak saat Kau dibuat menjadi sepatu kaca?”
“Sudah! Aku sudah melakukannya. Saat Aku masih berupa kepingan kaca, Ratu Peri menyuruh Kurcaci Nako untuk menjadikanku sepasang Sepatu. Aku menolak! Kubilang pada Ratu Peri, Aku ingin jadi lemari.”
“Lemari?” Sepatu Kulit yang sejak tadi hanya mendengarkan, ikut bicara. Ia pun duduk di samping Sepatu Kaca.
“Ya, sebuah lemari kaca yang indah. Seperti yang ada di depan kita itu.”
Sepatu Kaca menunjuk sebuah lemari kaca tak jauh dari etalase. Lemari itu berukuran sedang. Pinggirannya dihiasi permata tujuh warna yang didatangkan langsung dari Negeri Pelangi. Jika cahaya matahari mengenainya, pantulan warnanya indah luar biasa. Para peri sering menggunakan lemari itu untuk menyimpan benda-benda sakti milik mereka. Mulai dari kalung safir ajaib, mahkota lima warna, juga tongkat mutiara.
“Lemari itu memang indah, “ gumam Sepatu Kulit.
“Lalu apa jawaban Ratu Peri padamu?” Sepatu Bulu menggeser dirinya dan bersandar di dinding etalase.
“Ratu Peri bilang, Aku diciptakan untuk seseorang. Tapi Ratu Peri tidak menjelaskan padaku, siapa seseorang yang ia maksud. Dan nyatanya, sampai hari ini seeorang itu belum juga datang mengambilku,” Sepatu Kaca terisak.
Sepatu Bulu dan Sepatu Kulit berpandangan.
“Kurasa sebentar lagi Kau akan bertemu dengan seseorang itu,” hibur Sepatu Kulit.
“Tapi kapan? Aku sudah menunggunya begitu lama!” Tangis Sepatu Kaca pecah.
Di saat yang bersamaan, sesosok peri bergaun indah dengan sebuah mahkota di kepalanya, tiba-tiba muncul di depan etalase.
“Sepatu Kulit benar, Sepatu Kaca. Sebentar lagi, Kau akan bertemu dengan seseorang itu.”
“Ratu Peri!” teriak Sepatu Kaca, Sepatu Kulit dan Sepatu Bulu hampir bersamaan. Mereka tidak menyangka Ratu Peri akan datang.
Ratu peri tersenyum. Dengan bahasa isyarat, Ratu Peri memerintahkan dua peri yang menyertainya untuk mengeluarkan Sepatu Kaca dari etalase. Sepatu Kaca kemudian diletakkan di atas nampan yang sudah di alasi sutera berwarna merah. Peri bersayap ungu dengan motif polkadot membawa nampan itu ke hadapan Ratu Peri.
Ratu Peri mendekatkan wajahnya pada Sepatu Kaca.
“Ketahuilah, tak seorang peri pun yang memilihmu, justru karena Kau istimewa,” bisiknya.
Sepatu Kaca hampir tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Ia menoleh ke arah Sepatu Kulit dan Sepatu Bulu temannya.
“Itu benar, Sepatu Kaca. Kau tidak sedang bermimpi!” Sepatu Bulu meyakinkan Sepatu Kaca sambil mengedipkan mata.
“Pergilah! Seseorang itu pasti sudah lama menunggumu!” kata Sepatu Kulit.
“Bagaimana, Kau sudah siap bertemu pemilikmu?” Tanya Ratu Peri.
Senyum Sepatu Kaca mengembang. Matanya berbinar bahagia. Dia menatap Ratu Peri dan mengangguk dengan mantap.
“Saya siap, Ratu Peri!”
Akhirnya, Sepatu Kaca pun bertemu dengan pemiliknya. Seorang gadis desa berhati baik dan berwajah cantik. Di kemudian hari, gadis itu akan menikah dengan pangeran dan tinggal di kerajaan. Kisahnya dikenal sepanjang masa oleh semua orang di seluruh dunia.